Tuesday, April 2, 2024

Aku ikhlas tapi aku rindu

Dalam patah hati yang kuikhlaskan,
rindu masih menghantui dalam setiap detik.
Meski mencoba menyembunyikan,
kenangan dan bayanganmu tetap hadir,
mengisi ruang kosong dalam hati yang terluka.
Rasa ini, seperti pedang bermata dua,
mengajarkan arti ikhlas namun juga
memeluk kerinduan yang tak pernah pudar.

Rasa ini bagai paradigma yang rumit,
menghadirkan kontradiksi yang sulit dipahami.
Di satu sisi, aku mencoba merangkul ikhlas dan menerima keadaan,
namun di sisi lain, kerinduan yang mendalam terus menggelora,
menuntut perhatian dan penyelesaian.
Seperti dua kutub yang bertentangan namun saling melengkapi,
paradigma ini menjadi ujian batin yang tak kunjung berakhir.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang,
bergelut dengan intuisiku sendiri
yang tak henti memberikan pertanyaan tanpa jawaban.
Dalam sunyi yang menggelayut,
aku merenung pada cermin batin
yang penuh dengan kebingungan.
Setiap helaan nafas menjadi saksi bisu
dari pertarungan antara keikhlasan dan
kerinduan yang terus menghantui,
membentuk luka-luka yang tak terlihat
namun begitu dalam.

Saturday, January 20, 2024

Penikmat Hujan

Embun jatuh pelan,
senandung hujan,
dihati damai,
dalam riuh rindu.

Payung basah menari,
detik bergulir,
rasa hening meresap,
di setiap tetes yang tiba.

Puisi sirna,
dedaunan bertepi,
hening merayu, di riak-riak rintik,
merangkul kenangan.

Gelap pun bersahabat,
kilau lampu temaram,
dijendela, jalinan malam,
diam-diam mendongak.

Langit berkisah,
petir bisu bersapa,
langkah pelan menghiasi,
jejak cinta, dalam riwayat rahasia.

Embun malam bercerita,
di atap jendela,
tentang impian yang tersimpan,
dalam bisikan angin, menyelinap sepi.

Rintik melodi, menyatu dengan hati,
di pelukan malam,
penikmat hujan,
tukang cerita diam-diam.

Langit berkabut,
merayu petir diam,
dalam pelukan hujan, cerita sunyi,
tertulis di gerimis gelap.

Puisi malam menari,
sejuk meresap dalam pelukan senja,
di setiap titik hujan,
menyusuri luka-luka waktu.

Gelap berbicara,
dihiasi gemerisik rindu,
di tepi jendela, penikmat hujan,
mencium kenangan yang basah.

Tuesday, November 15, 2022

Kopi














Menikmatimu adalah candu
Seperti dua binatang yang bercumbu
Pahitmu bagiku nikmat
Manismu seperti neraka penuh duka

Kutemukan ampas ampas candu
Setiap kali kucumbu nikmatnya bibirmu
Kutemukan nikmatnya pahitmu 
Saat tegukan rindu basahi kerongkonganku

Bagiku
Kamu adalah sajak
Sihitam pahit penuh pesona
Nelangsaku lenyap ketika harummu
Merangsang indraku untuk bersenggama

Tuesday, December 3, 2019

Secawan Kopi















Kamu adalah patahan sajak
Saat pahitmu terasa begitu nikmat
Lidahku seolah menari binal
Disudut bibir secawan kopi


Kunikmati engkau penuh birahi
Nafsuku menggelora
Meski asap panas hadir
Saat lidahku menyetuh bibir cawanmu


Indraku terangsang
Pekat dan dingin malam
Seperti sebuah imajinasi
Hingga terlahir bait kata
Yang mungkin hanya ilusi

Friday, March 9, 2018

Selamat Pagi Hujan










Selamat pagi hujan
Terimakasih kau telah ingatkanku
Terimakasih kau telah berbicara pada rindu
Walau sesalku tak bisa kembalikan waktu

Selamat pagi hujan
Jangan kau halangi pagiku
Deras sapaanmu membuatku layu
Tak bisa kukepakkan lagi sayap patahku

Selamat pagi hujan
Akhirnya kita bertemu disini
Di tempat kutanam seribu tanya
Tentang mereka yang pergi berlalu
Dan tentang belum sempat kumiliki

Selamat pagi hujan
Jangan buat aku larut dalam episode kelam masa lalu
Jangan kau buat aku melupakan tuhanku
Sehingga membuatku dalam kekafiran

Selamat pagi hujan
Ajari aku beridiri tegak ditengah sapuan badai
Kokohkan kakiku agar kuat menahan ombak
Hingga aku mampu melawan
Kehinaan yang coba runtuhkanku


09 maret 2018

Monday, January 8, 2018

Sepenggal Waktu











Sepenggal waktu
Berasama detik berjalan seirama
Bertahan dalam balutan kata
Hingga aksara terhapat bagaikan benalu

Sepenggal waktu
Tlah berhasil rapuhkan kokohnya tiang penyangga
Rapuh bersama detik yang berjalan
Membuka mata senandungkan kata
Tak ada yang bisa melawan waktu

Sepenggal waktu
Berlalu bersama cahaya yang semakin gelap
Redup bersama lilin yang melemah
Terhenti saat nafas tak lagi berhembus